TEMPO.CO, Jakarta - Pabrikan pesawat terbesar di Amerika Serikat, Boeing.Co mesti merogoh kocek lebih dalam lagi akibat ketidakjelasan bagi pesawat 737 Max produksinya. Analis Robert Spingar memperkirakan Boeing akan menanggung dana US$3,2 miliar akibat penundaan pencabutan izin terbang hingga Februari 2020.
Credit Suisse dan UBS telah menurunkan proyeksi saham Boeing setelah laporan yang dirilis pekan lalu menunjukkan pesan singkat antara dua karyawan Boeing yang menyatakan bahwa sistem anti stall pesawat mengalami kejanggalan saat uji coba sebelum pesawat diperbaiki. Saham Boeing jaruh 5,7 persen menjadi US$324,40 pada perdagangan hari ini, Senin 21 Oktober kemarin.
Terkuaknya isu ini menjadi tangangan baru bagi Boeing yang telah tertekan akibat dua kecelakaan tragis yang berujung pada larangan terbang bagi 737 MAX. Produsen pesawat terbang asal AS tersebut telah memangkas produksi pesawat jenis MAX. Bahkan, sejumlah analis yakin perusahaan dapat menghentikan seluruh produksi pesawat MAX tersebut.
UBS analis Myles Walton menuturkan, pihaknya melihat peningkatan risiko bahwa Federal Aviation Administration tidak akan memberikan sertifikasi penebangan lagi untuk Boeing 737 Max. Walton memangkas target harga saham Boeing sebesar US$95 menjadi US375 setelah adanya peningkatan kemungkinan sistem produksi 737 MAX dihentikan akibat keterlambatan pengiriman ulang.
Boeing meminta maaf akibat kebocoran pesan tersebut. Perusahaan menyampaikan pihaknya tengah melakukan investigasi terkait hal ini.
BISNIS